Selasa, 28 November 2017

Pemanfaatan Air Hujan pada Bangunan (Rain Water Harvesting)
Latar Belakang 

        

           Iklim tropis basah di indonesia menyebabkan curah hujan yang dimiliki cukup tinggi. Curah hujan yang tinggi ini memiliki potensi sekaligus permasalahan. Potensi yang dimiliki adalah kesempatan penggunaan air hujan untuk didaur agar dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan air sekunder seperti untuk menyiram tanaman atau arena bermain anak (seperti yang telah diimplementasikan di Vivocity Singapore). Namun potensi yang ada kurang dipergunakan dengan baik. Sebagai contoh, di kota Bandung masih menggunakan air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai hampir satu-satunya sumber air yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari, padahal fenomena hujan dapat kita gunakan dengan baik melalui penangkapan air hujan untuk digunakan sebagai pemanfaatan air sekunder seperti pemanfaatan air untuk flushtoilet, menyiram tanaman, atau yang lainnya. Tanpa kita sadari, kebutuhan air untuk pemanfaatan air sekunder sebenarnya cukup tinggi, berbanding lurus dengan banyaknya air hujan yang kita dapatkan.

Rain Water Harvesting

           Pemanenan air hujan merupakan cara yang berkelanjutan untuk menyediakan air yang telah berhasil diterapkan di masyarakat di seluruh dunia. Sistem pemanenan air hujan digunakan di daerah dengan tingkat curah hujan tinggi dalam rangka mengurangi jumlah limpasan permukaan yang terjadi selama curah hujan. Penurunan limpasan dapat menurunkan risiko banjir lokal sementara, juga mengurangi biaya dan penggunaan energi yang berkaitan dengan penanggulangan stormwater. Pemanenan air hujan juga sangat sesuai bagi masyarakat dengan siklus tahunan musim basah dan kering karena hujan memungkinkan untuk ditangkap dan disimpan ketika peralihan musim terjadi. Pengalihan curah hujan secara intens dapat membantu mencegah banjir, menyediakan air untuk konsumsi dalam periode kering berikutnya, serta dapat berguna untuk mengisi ulang air tanah. Pemanenan air hujan mendukung penggunaan sumber daya lokal - memanfaatkan curah hujan secara lokal untuk membantu memenuhi kebutuhan air, namun dengan cara hemat uang dan energi.

Pertimbangan yang paling penting ketika merancang dan memasang sistem RWH adalah ketentuan provinsi yang bersangkutan dan peraturan, standar, dan peraturan kota. Pertimbangan lainnya termasuk bagaimana desain, instalasi dan pengelolaan sistem RWH dapat mempengaruhi kuantitas air disimpan dan kualitas air hujan dipanen, serta kesesuaian cuaca dingin dari sistem.
Pedoman desain dan instalasi disajikan dalam beberapa bagian, yang diselenggarakan oleh berbagai komponen dari sistem RWH. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

Penangkapan air hujan dan pengangkutannya
1.               Penyimpanan air hujan dan ukuran tankinya
2.               Kualitas air hujan & penanganannya
3.               Water Make-Up System dan sistem pencegahan arus balik
4.               Pompa dan sistem distribusi bertekanan
5.               Ketentuan overflow dan manajemen stormwater

Sistem panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum, memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga.  Bentuk tempat penyimpanan/penampung air dibagi menjadi 3 kategori yaitu: (1) Tanki penampung air di atas permukaan, biasanya dipergunakan untuk menampung air dari atap bangunan, (2) Tanki penampung di bawah permukaan, dan (3) Dam atau penampung air (reservoir). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bangunan penampung air yaitu: jumlah penampung yang diperlukan, jenis dan ukuran daerah tangkapan (catchment); jumlah dan distribusi curah hujan; jenis tanah; ketersediaan dana; kemampuan teknis dan pengalaman; serta ketersediaan sumberdaya air.
Potensi jumlah air yang dapat dipanen (the water harvesting potential) dapat diketahui melalui perhitungan secara sederhana, sebagai berikut:  Jumlah air yang dapat dipanen = luas area x curah hujan x koefisien runoff. Sebagai contoh: dengan luas area = 200 m2 dan jumlah curah hujan tahunan = 500 mm, maka volume air hujan yang jatuh di area tersebut= 20.000 dm2 x 5 dm= 100000 liter Dengan asumsi hanya 80% dari total hujan yang dapat dipanen, maka volume yang dapat dipanen = 100000 x 0.8 =80000 liter/tahun.
 
Pemanenan air hujan sangat penting karena:
1.     Ketersediaan air tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan hasilnya masyarakat harus bergantung pada air tanah.
2.     Karena urbanisasi yang cepat, infiltrasi air hujan ke dalam tanah telah menurun drastis dan pengisian kembali air tanah telah berkurang.
3.     Eksploitasi sumber daya air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan tingkat ketersediaan air di sebagian besar negara.
4.     Pemanenan air hujan berguna untuk meningkatkan ketersediaan air tanah di tempat dan waktu tertentu, meningkatkan kualitas air di akuifer, meningkatkan tutupan vegetasi, dan meningkatkan kadar air dalam sumur.
 Manfaat dari sistem pemanenan air hujan dapat dielaborasikan sebagai berikut:
1.    -  Sebuah solusi ideal untuk masalah air di daerah yang memiliki sumber daya air yang tidak memadai.
2.   -  Tingkat ketersediaan air tanah akan naik dan kualitas air meningkat.
3.   -  Meringankan dampak kekeringan.
4.   -  Mengurangi limpasan dari stormwater, sehingga banjir dapat berkurang.
5.   -  Erosi tanah berkurang.
KESIMPULAN
Rainwater harvesting merupakan salah satu kegiatan untuk menangkap air hujan yang nantinya digunakan kembali untuk berbagai macam keperluan. Unsur-unsur yang paling penting untuk penerapan rainwater harvesting adalah penangkap air hujan dan tempat penyimpanannya. Penangkap air hujan bisa melalui berbagai cara: menggunakan atap, kolam penampungan dan bahkan dengan mengunakan taman yang memang didesain khusus untuk menampung air hujan. Artikel ini lebih dalam melakukan pembahasan mengenai sistem rainwater harvesting menggunakan atap.
Penerapan sistem rainwater harvesting ini sebenarnya cukup mudah, hanya dengan memasang instalasi rainwater harvesting. Meskipun mudah, namun belum banyak masyarakat yang menggunakan sumber air ini. Umumnya masyrakat masih mengandalkan air yang berasal dari PDAM yang belum bisa sepenuhnya menjangkau seluruh pelosok kota. Untuk itu, sistem rainwaterharvesting bisa memenuhi kebutuhan air, terutama kebutuhan air sekunder. Sistem rainwater harvesting ini bisa menjadi alternatif saat sumber PDAM dan sumber dari air tanah terbatas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar