Pemanfaatan Air Hujan pada
Bangunan (Rain Water Harvesting)
Latar
Belakang
Iklim tropis basah di indonesia
menyebabkan curah hujan yang dimiliki cukup tinggi. Curah hujan yang tinggi ini
memiliki potensi sekaligus permasalahan. Potensi yang dimiliki adalah
kesempatan penggunaan air hujan untuk didaur agar dapat digunakan sebagai
pemenuh kebutuhan air sekunder seperti untuk menyiram tanaman atau arena
bermain anak (seperti yang telah diimplementasikan di Vivocity Singapore).
Namun potensi yang ada kurang dipergunakan dengan baik. Sebagai contoh, di kota
Bandung masih menggunakan air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai
hampir satu-satunya sumber air yang digunakan untuk keperluan hidup
sehari-hari, padahal fenomena hujan dapat kita gunakan dengan baik melalui
penangkapan air hujan untuk digunakan sebagai pemanfaatan air sekunder seperti
pemanfaatan air untuk flushtoilet, menyiram tanaman, atau yang lainnya.
Tanpa kita sadari, kebutuhan air untuk pemanfaatan air sekunder sebenarnya
cukup tinggi, berbanding lurus dengan banyaknya air hujan yang kita dapatkan.
Rain Water Harvesting
Pemanenan air hujan merupakan cara yang
berkelanjutan untuk menyediakan air yang telah berhasil diterapkan di
masyarakat di seluruh dunia. Sistem pemanenan air hujan digunakan di daerah
dengan tingkat curah hujan tinggi dalam rangka mengurangi jumlah limpasan
permukaan yang terjadi selama curah hujan. Penurunan limpasan dapat menurunkan
risiko banjir lokal sementara, juga mengurangi biaya dan penggunaan energi yang
berkaitan dengan penanggulangan stormwater. Pemanenan air hujan juga sangat sesuai
bagi masyarakat dengan siklus tahunan musim basah dan kering karena hujan
memungkinkan untuk ditangkap dan disimpan ketika peralihan musim terjadi.
Pengalihan curah hujan secara intens dapat membantu mencegah banjir,
menyediakan air untuk konsumsi dalam periode kering berikutnya, serta dapat
berguna untuk mengisi ulang air tanah. Pemanenan air hujan mendukung penggunaan
sumber daya lokal - memanfaatkan curah hujan secara lokal untuk membantu
memenuhi kebutuhan air, namun dengan cara hemat uang dan energi.
Pertimbangan yang
paling penting ketika merancang dan memasang sistem RWH adalah ketentuan
provinsi yang bersangkutan dan peraturan, standar, dan peraturan kota.
Pertimbangan lainnya termasuk bagaimana desain, instalasi dan pengelolaan
sistem RWH dapat mempengaruhi kuantitas air disimpan dan kualitas air hujan
dipanen, serta kesesuaian cuaca dingin dari sistem.
Pedoman desain dan instalasi disajikan
dalam beberapa bagian, yang diselenggarakan oleh berbagai komponen dari sistem
RWH. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
Penangkapan
air hujan dan pengangkutannya
1.
Penyimpanan air hujan dan ukuran tankinya
2.
Kualitas air hujan & penanganannya
3.
Water Make-Up System dan sistem
pencegahan arus balik
4.
Pompa dan sistem distribusi bertekanan
5.
Ketentuan overflow dan manajemen stormwater
Sistem panen hujan untuk keperluan
rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan
berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu.
Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum, memasak, dan untuk
irigasi dalam skala rumah tangga. Bentuk tempat
penyimpanan/penampung air dibagi menjadi 3 kategori yaitu: (1) Tanki penampung air di atas
permukaan, biasanya dipergunakan untuk menampung air dari atap bangunan, (2) Tanki penampung di bawah permukaan,
dan (3) Dam atau penampung air (reservoir). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam menentukan bangunan penampung air yaitu: jumlah penampung yang
diperlukan, jenis dan ukuran daerah tangkapan (catchment); jumlah
dan distribusi curah hujan; jenis tanah; ketersediaan dana; kemampuan teknis
dan pengalaman; serta ketersediaan sumberdaya air.
Potensi jumlah air yang dapat dipanen
(the water harvesting potential) dapat diketahui melalui
perhitungan secara sederhana, sebagai berikut: Jumlah air yang dapat
dipanen = luas area x curah hujan x koefisien runoff. Sebagai
contoh: dengan luas area = 200 m2 dan jumlah curah hujan tahunan = 500 mm,
maka volume air hujan yang jatuh di area tersebut= 20.000 dm2 x 5 dm= 100000
liter Dengan asumsi hanya 80% dari total hujan yang dapat dipanen, maka
volume yang dapat dipanen = 100000 x 0.8 =80000 liter/tahun.
Pemanenan air hujan sangat penting
karena:
1.
Ketersediaan air tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan hasilnya masyarakat harus bergantung pada air tanah.
2.
Karena urbanisasi yang cepat, infiltrasi air
hujan ke dalam tanah telah menurun drastis dan pengisian kembali air tanah
telah berkurang.
3.
Eksploitasi sumber daya air tanah yang
berlebihan mengakibatkan penurunan tingkat ketersediaan air di sebagian besar
negara.
4.
Pemanenan air hujan berguna untuk meningkatkan
ketersediaan air tanah di tempat dan waktu tertentu, meningkatkan kualitas air
di akuifer, meningkatkan tutupan vegetasi, dan meningkatkan kadar air dalam
sumur.
Manfaat dari
sistem pemanenan air hujan dapat dielaborasikan sebagai berikut:
1. - Sebuah solusi ideal untuk masalah air di
daerah yang memiliki sumber daya air yang tidak memadai.
2. - Tingkat ketersediaan air tanah akan naik dan
kualitas air meningkat.
3. - Meringankan dampak kekeringan.
4. - Mengurangi limpasan dari stormwater, sehingga banjir dapat berkurang.
5. - Erosi tanah berkurang.
KESIMPULAN
Rainwater harvesting merupakan salah satu kegiatan untuk menangkap air hujan
yang nantinya digunakan kembali untuk berbagai macam keperluan. Unsur-unsur
yang paling penting untuk penerapan rainwater harvesting adalah
penangkap air hujan dan tempat penyimpanannya. Penangkap air hujan bisa melalui
berbagai cara: menggunakan atap, kolam penampungan dan bahkan dengan mengunakan
taman yang memang didesain khusus untuk menampung air hujan. Artikel ini lebih
dalam melakukan pembahasan mengenai sistem rainwater harvesting menggunakan
atap.
Penerapan sistem rainwater harvesting ini sebenarnya cukup mudah,
hanya dengan memasang instalasi rainwater harvesting.
Meskipun mudah, namun belum banyak masyarakat yang menggunakan sumber air ini.
Umumnya masyrakat masih mengandalkan air yang berasal dari PDAM yang belum bisa
sepenuhnya menjangkau seluruh pelosok kota. Untuk itu, sistem rainwaterharvesting bisa memenuhi kebutuhan air,
terutama kebutuhan air sekunder. Sistem rainwater harvesting ini
bisa menjadi alternatif saat sumber PDAM dan sumber dari air tanah terbatas.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar